Kamis, 13 Februari 2014

PROFIL GUNUNG KELUD

Gunung Kelud dengan danau kawah (1980)
Ketinggian
1.731 m (5,679 kaki)
Daftar
Spesial Ribu
Lokasi
Lokasi
Jawa Timur, Indonesia
Koordinat
7°55′48″LS 112°18′29″BT / 7,93°LS
112,308°BT
Koordinat : 7°55′48″LS 112°18′29″BT /
7,93°LS 112,308°BT
Geologi
Jenis
Stratovolcano
Busur/sabuk vulkanik
Cincin Api Pasifik
Letusan terakhir
2014 (masih berlangsung)
Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi
Kelut yang berarti "sapu " dalam bahasa Jawa;
dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot,
Kloet , atau Kloete) adalah sebuah gunung
berapi di Provinsi Jawa Timur , Indonesia,
yang masih aktif. Gunung ini berada di
perbatasan antara Kabupaten Kediri,
Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang ,
kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota
Kediri.
Morfologi
Gunung api ini termasuk dalam tipe
stratovulkan dengan karakteristik letusan
eksplosif. Seperti banyak gunung api lainnya
di Pulau Jawa, Gunung Kelud terbentuk akibat
proses subduksi lempeng benua Indo-
Australia terhadap lempeng Eurasia. Sejak
tahun 1300 Masehi, gunung ini tercatat aktif
meletus dengan rentang jarak waktu yang
relatif pendek (9-25 tahun), menjadikannya
sebagai gunung api yang berbahaya bagi
manusia.
Kekhasan gunung api ini adalah adanya
danau kawah (hingga akhir tahun 2007) yang
membuat lahar letusan sangat cair dan
membahayakan penduduk sekitarnya. Akibat
aktivitas tahun 2007 yang memunculkan
kubah lava, danau kawah nyaris sirna dan
tersisa semacam kubangan air.
Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan
sisa dari letusan besar masa lalu yang
meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di
sisi barat daya runtuh terbuka sehingga
kompleks kawah membuka ke arah itu. Puncak
Kelud adalah yang tertinggi, berposisi agak di
timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya
adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan
Puncak Sumbing di sisi selatan.
Catatan aktivitas Gunung Kelud
Gunung Kelud 1901
Gunung Kelud 1919
Sejak abad ke-15 , Gunung Kelud telah
memakan korban lebih dari 15.000 jiwa.
Letusan gunung ini pada tahun 1586
merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. [1]
Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar
telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926
dan masih berfungsi hingga kini setelah
letusan pada tahun 1919 memakan korban
hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin
menyapu pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat
meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei[2] ),
1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa
para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan
bagi letusan gunung ini. Memasuki abad
ke-21, gunung ini erupsi pada tahun 2007,
2010, dan 2014. Perubahan frekuensi ini
terjadi akibat terbentuknya sumbat lava di
mulut kawah gunung.
Letusan 1919
Letusan ini termasuk yang paling mematikan
karena menelan korban 5.160 jiwa , merusak
sampai 15.000 ha lahan produktif karena
aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali
Badak telah dibangun bendung penahan lahar
pada tahun 1905 [3] . Selain itu Hugo Cool
pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan
penggalian saluran melalui pematang atau
dinding kawah bagian barat. Usaha itu
berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik
[4] .
Karena letusan inilah kemudian dibangun
sistem saluran terowongan pembuangan air
danau kawah, dan selesai pada tahun 1926.
Secara keseluruhan dibangun tujuh
terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan
dibangun terowongan baru setelah letusan
tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan
lama. Terowongan yang selesai tahun 1967
itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran
ini berfungsi mempertahankan volume danau
kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik[3] .
Letusan 1990
Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari,
yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990.
Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan
57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar
dingin menjalar sampai 24 kilometer dari
danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu
di gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan
Ampera dengan material vulkanik. Proses
normalisasi baru selesai pada thaun 1994.
Letusan 2007
Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir
September 2007 dan masih terus berlanjut
hingga November tahun yang sama, ditandai
dengan meningkatnya suhu air danau kawah,
peningkatan kegempaan tremor, serta
perubahan warna danau kawah dari kehijauan
menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi)
dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi
sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi
penduduk dalam radius 10 km dari gunung
(lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di
lereng gunung tersebut harus mengungsi.
Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung
Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober
2007 dengan peningkatan pesat suhu air
danau kawah dan kegempaan vulkanik
dangkal. Pada tanggal 3 November 2007
sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi
74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala
letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga
menyebabkan alat pengukur suhu rusak.
Getaran gempa tremor dengan amplitudo
besar (lebih dari 35mm) menyebabkan
petugas pengawas harus mengungsi, namun
kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala
unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya
asap tebal putih dari tengah danau kawah
diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah
danau kawah sejak tanggal 5 November 2007
dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar
100 m. Para ahli menganggap kubah lava
inilah yang menyumbat saluran magma
sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi
untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah
lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan
energi semakin berkurang dan pada tanggal 8
November 2007 status Gunung Kelud
diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau kawah Gunung Kelud praktis "hilang"
karena kemunculan kubah lava yang besar.
Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air
keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan
kubah lava.
Letusan 2014
Hujan debu di Yogyakarta
Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai
terjadi di akhir tahun 2013 [5] . Pada 10
Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan
statusnya menjadi Siaga dan kemudian Awas
pada 13 Februari 2014 pukul 21.15 WIB [6] .
Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990
(pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu berupa
aliran magma) diprediksikan akan terjadi
setelah hujan kerikil yang cukup lebat
dirasakan warga di wilayah Kecamatan
Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat
gunung berapi yang terkenal aktif ini berada,
bahkan hingga kota Pare, Kediri. Wilayah
Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian
warga yang tinggal dalam radius sampai 10
kilometer dari kubah lava menurut
rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi,
dan Bencana Geologi (PVMBG). [7] Gemuruh
aktivitas gunung juga sesekali terdengar
hingga wilayah Kabupaten Jombang. Dampak
berupa abu vulkanik pada tanggal 14 Februari
2014 dini hari dilaporkan warga telah
mencapai Kabupaten Ponorogo. Di daerah
Madiun dan Magetan jarak pandang untuk
pengendara kendaraan bermotor atau mobil
hanya sekitar 3-5 Meter karena turunnya abu
vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut
sehingga banyak kendaraan bermotor yang
berjalan sangat pelan-pelan . Di sisi lain
banyak pengguna kendaraan atau warga di
sekitar Kota Madiun yang terganggu akibat
Erupsi tersebut.
Letusan 2014 telah dideteksi oleh PVMBG dan
ditanggapi dengan peningkatan status
menjadi Waspada (level II). Pada tanggal 10
Februari status meningkat menjadi Siaga
(Level III), dan persiapan-persiapan mengenai
kebencanaan telah mulai dilakukan. Kawasan
seputar 5 km dari titik puncak kawah telah
disterilkan dari kegiatan manusia. Pada
tanggal 13 Februari pukul 21 diumumkan
status bahaya tertinggi, Awas (Level IV),
sehingga radius 10 km dari puncak harus
dikosongkan dari manusia. Belum sempat
pengungsian dilakukan, pada pukul 22.50
telah terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif).
Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga
kota Solo dan Yogyakarta (200 km), bahkan
Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa
Tengah.
Obyek wisata Gunung Kelud
Gunung Kelud 2012. Kubah lava 2007 tampak
di tengah, dengan latar belakang Puncak
Kelud. Di sebelah kiri adalah bagian dari
Puncak Gajahmungkur.
Menuju kawasan puncak Gunung Kelud sejak
tahun 2004 hubungan jalan darat telah
diperbaiki untuk mempermudah para
wisatawan serta penduduk. Gunung Kelud
telah menjadi obyek wisata Kabupaten Kediri
dengan atraksi utama adalah kubah lava. Di
puncak Gajahmungkur dibangun gardu
pandang dengan tangga terbuat dari semen .
Pada malam akhir pekan, kubah lava diberi
penerangan lampu berwarna-warni [8] . Selain
itu, telah disediakan pula jalur panjat tebing
di puncak Sumbing, pemandian air panas,
serta flying fox .
Tindakan Kabupaten Kediri membangun
kawasan wisata ini mendapat protes dari
Kabupaten Blitar, yang menganggap wilayah
puncak Kelud merupakan wilayahnya [9] .
Sengketa wilayah ini terutama meruncing
setelah turunnya Surat Keputusan Gubernur
Jawa Timur Nomor 188/113/KPTS/013/2012
yang menyatakan bahwa kawasan puncak
Kelud merupakan wilayah Kabupaten Kediri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar